Rabu, 14 Mei 2008

Pentingnya tidur dalam usaha penurunan berat badan

Hampir semua orang memiliki pendapat sama tentang penyebab obesitas (kegemukan). Kalau tak berkaitan dengan asupan makanan berlebih, pastilah pembakaran kalori yang terlalu sedikit karena kurang aktifitas.
Para ahli sekarang banyak menganggap obesitas tak ubahnya semacam epidemik dengan gaya hidup dan pola makan yang salah. Dua penyebab utama tadi ternyata bukan satu-satunya yang berperan. Sebuah jurnal internasional tentang obesitas belum lama ini menjelaskan beberapa hal yang bisa memicu terjadinya obesitas disamping masalah makanan.
Sedikit berbeda dengan pendapat banyak orang bahkan kalangan medis yang menyatakan kalau kurang tidur dapat menyebabkan tubuh bertambah kurus, penelitian yang dilakukan para ahli dalam bidang obesitas ini mengatakan sebaliknya, dan tentu saja dengan penjelasan menyangkut bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dari penelitian tersebut, didapatkan orang yang tidur kurang dari 7 jam sehari memiliki resiko mendapatkan BMI (Indeks Massa Tubuh) lebih besar daripada orang yang tidur dengan jam lebih banyak. Data awal yang dihimpun US National Health and Nutrition Examination Survey ini didukung US Nurses Health Study yang mengadakan studi terhadap 68 ribu wanita usia 16 tahun dan menemukan diantara responden tersebut yang memiliki jam tidur rata-rata 5 jam memiliki berat badan lebih dibanding kelompok yang tidur selama 6 jam dan lebih rendah lagi pada kelompok 7 jam sehari.
Bukti ini mereka hubungkan secara timbal balik dengan teori bahwa obesitas turut mengganggu kenyamanan tidur dimana salah satu pengaruhnya adalah mengurangi kualitas tidur seperti susah bernafas atau sering terjaga. Sedangkan tahapan awal yang menjelaskannya merupakan salah satu peranan hormon Leptin yang berfungsi menghambat pengaturan sinyal lapar, bangun dan selera makan menurun sementara Ghrelin sebaliknya meninggi pada keadaan kurang tidur, ini memiliki hubungan dengan kurangnya kualitas tidur setelah metabolisme berlebihan. Kadar Leptin ini dijumpai menurun sekitar 18% sedangkan Ghrelin meningkat 28%, akibatnya sering menimbulkan rasa lapar.
Hasil ini belakangan turut didukung National Sleep Foundation pada surveinya menemukan kebanyakan penduduk AS mengalami penurunan jam tidur pada tahun-tahun belakangan berpengaruh pada peningkatan kasus obesitas di negara tersebut. Semua makhluk berdarah panas termasuk manusia memiliki pengaturan temperatur tubuh berdasarkan lingkungan melalui metabolisme dan pengeluaran keringat. Sistem penjagaan ini membutuhkan energi kecuali kita berada dalam zona termonetral sekitar 27 derajat Celcius.
Perubahan temperatur yang terjadi pada beberapa dekade terakhir akibat berbagai sebab pada iklim alam ternyata diperkirakan turut berperan, dimana pengaturan iklim termasuk penggunaan mesin pendingin dan pemanas ruangan ikut mempengaruhi berat badan kita. Pada iklim nyaman yang berbeda-beda untuk setiap individu energi yang dikeluarkan untuk pengaturan tersebut lebih sedikit. Pengeluaran keringat membakar energi seperti yang banyak diketahui dan cuaca panas berperan dalam menahan nafsu makan manusia.

Tidak ada komentar:

My Slide

My Map